sesuatu yang disebut pekerjaan

Mari bicara tentang pekerjaan kawan..

Kena belakangan saya diteriak-teriaki, dikatain, dijudge orang yang tidak bersyukur. Bahwa saya adalah perempuan yang tidak melihat sekitar dimana banyak orang yang menginginkan posisi saya. Bekerja disalah satu Bank terbesar diIndonesia, gaji terjamin, BPJS ada, lingkungan yang tidak perlu dikhawatirkan lagi, fasilitas dan tempat kerja yang nyaman bla bla bla. Aku tau dan aku paham.
Karena apa? Karena aku pun ketika memutuskan ini bukan hanya semalem dua malem, asal nyeplos dan cabut dari sana. Nggak. Beberapa kali aku sempat urung, sempat sudah menyenangi pekerjaan ini bersamaan dengan kesulitan dan hal-hal payah lain. Yah, semua pekerjaan pasti ada sisi yang seperti itunya kan? Dan saya sudah merangkulnya. Tapi tetap saja. Sisi lain hatiku berontak.

Bukan karena seperti robot, bukan karena terlalu banyak aturan, dan hal lain yang sepele itu, kau tau? Saya wanita yang bisa beradaptasi dan melakukan hal apapun. Percaya sama saya, beri saya waktu untuk beradaptasi, melihat, menyimak maka akan saya lakukan sesuai prosedur dan yang saya pahami. I’ll do it. That’s not big deal for me. Hal-hal remeh seperti itu klasik. saya akui saya memang jawab dengan hal-hal seperti itu karena memang cukup mereka tau hal itu saja. Buat apa saya jelaskan lebih tentang apa yang saya rasakan? Tentang bagaimana sisi hatiku yang menggedor-gedor berontak setelah sekian lama kutekan. Kuberikan banyak alasan kepada hatiku bahwa aku harus bertahan untuk survive dan tidak merepotkan orang lain jika nanti resign. Itu gak cukup buat hatiku. Dia merasa terkungkung. Karena dia adalah aku, hatiku adalah aku.

Dia selalu sedih ketika tiap detik berjalan sampai matahari tak terlihat dan hatiku lunglai saat teru sudah melaju lambat, pulang gelap. Aku selalu mengelus dadaku sendiri, sabar..
Dia selalu protes saat shalat magrib ditempat itu. Sabaarr. Jawabku.

Ketahuilah, ada beberapa hal yang tak bisa kujawab sendiri ketika hatiku bertanya. Aku hanya diam dan mengangguk setuju dengan hatiku. Ada kelelahan saat harus berkompetisi di dunia kerja, walaupun pilihan untuk tetap biasa saja dan mengalir dengan posisi yang sama sedari awal pun bukan masalah. Namun bukan Rinda namanya ketika semua itu tidak dipikirkan oleh pikirannya yang luar biasa rumit. I got that position. Ada kelelahan saat mengetahui banyak hal mengenai uang dan manusia. Ngeri.

Aku resign…

Ini sulit. Karena aku belum dapat pekerjaan yang baru. Hanya bantu nranskip bareng babad. No problem. Aku percaya dengan Rejeki Tuhan. Aku percaya Tuhan sudah mengatur rejeki tiap hambaNya. Aku hanya harus berusaha saja.
Sedari awal aku sudah menganggap pekerjaan ini menyenangkan. Aku terus mencoba menyukainya sampai aku sadar bahwa hatiku menolak. Dan aku memutuskan untuk mengundurkan diri. Genap sebulan. Alhamdulillah aku hanya kangen dengan temen-temen satu batch, bukan dunia itu. pertanda bahwa aku tidak menyesal dan menggenapi syukurku mengambil keputusan itu.

Yogyakarta, 23 April 2016

Leave a comment